
Teh Herbal untuk Batita: Aman atau Berbahaya? Panduan dari Ahli Gizi – Memahami Tren Pemberian Teh Herbal pada Batita Beberapa tahun terakhir, minuman herbal kembali naik daun karena dianggap sebagai alternatif alami untuk menjaga kesehatan. Banyak orang tua pun mulai bertanya-tanya, apakah teh herbal juga aman diberikan kepada anak usia batita (bawah tiga tahun)? Fenomena ini muncul karena keinginan memberikan sesuatu yang “alami” dan “bebas bahan kimia” untuk sang buah hati. Namun, meski terdengar menyehatkan, tidak semua teh herbal cocok untuk bayi atau batita.
Pada dasarnya, sistem pencernaan dan metabolisme anak di bawah tiga tahun masih dalam tahap perkembangan. Tubuh mereka belum seefisien orang dewasa dalam memproses zat aktif yang terkandung di dalam tumbuhan herbal. Beberapa jenis tanaman bahkan dapat memicu reaksi alergi, gangguan pencernaan, hingga efek toksik jika dikonsumsi dalam jumlah tertentu. Karena itu, penting untuk memahami kandungan, dosis, dan cara penyajian sebelum memberikan teh herbal pada anak kecil.
Teh herbal berbeda dengan teh biasa (seperti teh hitam atau teh hijau) karena tidak berasal dari tanaman Camellia sinensis. Minuman ini terbuat dari berbagai kombinasi bunga, daun, akar, atau biji tanaman yang dikeringkan, seperti chamomile, mint, fennel, atau jahe. Masing-masing memiliki khasiat tersendiri — namun juga potensi risiko yang berbeda.
Para ahli gizi anak menekankan bahwa, meskipun beberapa jenis teh herbal dapat memberikan manfaat, konsumsi tanpa panduan medis dapat menimbulkan bahaya. Misalnya, teh peppermint bisa membantu meredakan perut kembung, tetapi juga dapat menyebabkan refluks atau gangguan pencernaan pada bayi tertentu. Begitu pula teh chamomile yang populer karena efek menenangkannya, bisa memicu alergi silang pada anak yang sensitif terhadap serbuk bunga.
Dengan begitu, langkah paling aman bagi orang tua adalah memahami karakteristik teh herbal secara menyeluruh dan berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter anak sebelum memberikan minuman apa pun selain ASI, susu formula, dan air putih pada batita.
Jenis Teh Herbal yang Umumnya Dianggap Aman dan yang Harus Dihindari
Para ahli gizi dan dokter anak umumnya membagi teh herbal ke dalam dua kategori besar bagi anak kecil: teh yang relatif aman dalam dosis kecil, dan teh yang sebaiknya dihindari sepenuhnya.
1. Teh Herbal yang Relatif Aman (dalam dosis sangat terbatas):
- Chamomile: Teh ini sering digunakan untuk menenangkan bayi yang sulit tidur atau mengalami kolik ringan. Namun, pastikan menggunakan chamomile murni tanpa campuran lain, dan hanya dalam jumlah sangat kecil (sekitar 30–60 ml untuk anak di atas 1 tahun).
- Fennel (Adas manis): Dikenal dapat membantu mengurangi perut kembung dan gas pada anak. Namun penggunaannya juga perlu hati-hati, sebab konsumsi berlebihan bisa menurunkan kadar zat besi.
- Ginger (Jahe): Jahe hangat bisa membantu mengatasi mual dan masuk angin ringan, tetapi sebaiknya diberikan dalam versi yang sangat encer dan tidak terlalu sering.
2. Teh Herbal yang Sebaiknya Dihindari:
- Peppermint: Meskipun bermanfaat bagi orang dewasa, peppermint dapat memicu gangguan lambung atau meningkatkan asam lambung pada anak kecil.
- Licorice Root (Akar manis): Mengandung senyawa glisirizin yang bisa memengaruhi tekanan darah dan kadar kalium tubuh.
- Echinacea: Umumnya digunakan untuk meningkatkan imunitas, tetapi efeknya belum terbukti aman untuk bayi dan bisa memicu reaksi alergi.
- Teh Detoks dan Pelangsing: Sama sekali tidak dianjurkan untuk anak kecil karena mengandung kombinasi herbal kuat yang dapat mengganggu keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
Selain jenis herbalnya, faktor lain yang penting adalah cara penyajian. Hindari penggunaan madu untuk pemanis pada anak di bawah satu tahun karena risiko botulisme. Gunakan air matang yang bersih, suhu tidak terlalu panas, dan berikan dalam jumlah kecil untuk menghindari dehidrasi atau gangguan elektrolit.
Ahli gizi anak juga menyarankan agar teh herbal tidak dijadikan pengganti air putih atau susu. Jika ingin memberikan, cukup sesekali sebagai tambahan, bukan minuman utama.
Kesimpulan
Teh herbal memang memiliki citra “alami” dan menenangkan, tetapi tidak semua aman untuk dikonsumsi oleh batita. Tubuh anak kecil masih sangat sensitif terhadap zat aktif dalam tanaman herbal, sehingga dosis dan jenisnya harus benar-benar diperhatikan. Jenis seperti chamomile atau adas manis mungkin bisa diberikan dalam jumlah kecil dan jarang, tetapi tetap dengan pengawasan ketat dan saran dari dokter anak.
Sebaliknya, teh dengan kandungan kuat seperti peppermint, akar manis, atau echinacea sebaiknya dihindari karena berpotensi menimbulkan efek samping serius. Orang tua juga perlu waspada terhadap produk teh herbal instan atau campuran yang tidak mencantumkan komposisi dengan jelas.
Intinya, konsultasi medis adalah langkah terbaik sebelum memperkenalkan teh herbal kepada batita. Meski niatnya baik, memberikan minuman herbal tanpa pengetahuan cukup bisa berujung pada risiko kesehatan yang tidak diinginkan. Untuk menjaga kesehatan anak, pilihan terbaik tetaplah asupan bergizi seimbang, cairan yang cukup, dan pola tidur yang baik.
Dengan pendekatan bijak, orang tua dapat tetap memanfaatkan manfaat herbal tanpa mengorbankan keamanan sang buah hati — menjaga keseimbangan antara tradisi alami dan sains modern dalam mendukung tumbuh kembang anak.